Faktanya, sejak awal abad ke-20, kalangan usia muda mengalami peningkatan substansial kejadian tuberkulosis. Sebagian besar remaja yang bertempat di negara berpenghasilan rendah dan menengah, tuberkulosis tetap menjadi masalah kesehatan umum. Hampir seperempat dari populasi remaja di negara tersebut menderita TBC namun dapat tertahan oleh imunitas tubuh yang kuat. Tahun 2022 Kementerian Kesehatan bersama seluruh tenaga kesehatan berhasil mendeteksi tuberculosis (TBC) sebanyak lebih dari 700 ribu kasus. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak TBC menjadi program prioritas Nasional.
Penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia menempati peringkat kedua setelah India, yakni dengan jumlah kasus 969 ribu dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Berdasarkan Global TB Report tahun 2022 jumlah kasus TBC terbanyak di dunia pada kelompok usia produktif terutama pada usia 25 sampai 34 tahun. Di Indonesia jumlah kasus TBC terbanyak yaitu pada kelompok usia produktif terutama pada usia 45 sampai 54 tahun.
Gaya hidup tidak sehat adalah pola hidup yang dilakukan tanpa memperhatikan dampak buruk bagi kesehatan. Sederhananya, seseorang melakukan aktivitas yang merugikan kesehatannya. Adapun contoh gaya hidup yang dapat meningkatkan resiko penyakit tuberkulosis (TBC) pada remaja adalah :
- Daya tahan tubuh yang rendah
Pada masa muda, terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti kekurangan nutrisi, kurangnya istirahat, pola makan yang tidak sehat, dan terlalu banyak mengonsumsi alkohol dan rokok. Bagi orang yang sistem kekebalannya lemah, terutama mereka yang terinfeksi HIV, risiko mengembangkan penyakit TBC jauh lebih tinggi daripada orang dengan sistem kekebalan yang normal.
- Lingkungan yang buruk
Lingkungan yang buruk, seperti lingkungan yang kotor, lembab, dan berdebu, meningkatkan risiko infeksi TBC pada orang muda. Selain itu, orang muda yang tinggal di daerah dengan angka kasus TBC tinggi juga lebih rentan terhadap infeksi.
- Kelaparan
Orang muda yang mengalami kelaparan atau kekurangan gizi juga memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi TBC. Hal ini terjadi karena kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh dan membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
- Kebersihan diri yang buruk
Perilaku seperti tidak mencuci tangan secara teratur atau tidak menjaga kebersihan lingkungan sekitar, dapat meningkatkan risiko terinfeksi TBC. Melakukan upaya pencegahan seperti menjaga kesehatan dan kebersihan diri, menghindari kontak dengan penderita TBC, dan menjaga gaya hidup sehat membantu mengurangi risiko terkena TBC pada usia muda.
Penting untuk mengenali faktor risiko alami TBC di usia muda dan melakukan upaya pencegahan yang tepat agar terhindar dari penyakit ini.
