Peran Remaja Dalam Mendukung Kampanye Pencegahan TBC

TBC,Tips Kesehatan

Tuberkulosis (TBC) masih menjadi salah satu tantangan kesehatan global yang serius. Hal ini membuat kaum muda menjadi kelompok usia yang paling terbebani akan penyakit tersebut. Meskipun sudah ada kemajuan dalam proses pengobatan tetapi upaya promotif dan preventif masih menjadi hal yang utama dalam pengendalian penyakit ini. Oleh karena itu, peran remaja sangat dibutuhkan untuk mendukung kampanye pencegahan penyakit TBC sehingga terbentuk kebiasaan masyarakat dengan pola hidup yang positif. Adapun peran remaja dalam mendukung kampanye pencegahan TBC sebagai berikut.

  1. Pemanfaatan Teknologi


    Peran generasi milenial dan gen Z yang sudah sangat akrab dengan teknologi serta sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hal ini dapat disalurkan dengan turut serta aktif dalam pencegahan penularan TBC dimulai dari pendidikan kesehatan mengenai TBC sehingga para remaja menyadari bahwa TBC sangat berbahaya. Pendidikan kesehatan dapat berdampak pada perubahan perilaku sehingga para remaja dapat turut serta dalam eliminasi TBC 2030.
    Dengan dibekali pendidikan kesehatan mengenai TBC, para remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan jika mengetahui diri atau keluarga, kerabat, maupun teman mengalami tanda dan gejala penyakit TBC. Jika hal buruk (seperti tertular TBC) terjadi, maka dapat segera memeriksakan diri di fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
    Pada dasarnya tantangan terbesar dalam penanggulangan TBC di Indonesia salah satunya yaitu pengetahuan masyarakat yang masih rendah terhadap kasus TBC. Sehingga di era teknologi media sosial yang kebanyakan dikelola oleh anak muda dapat menjadi salah satu media memperluas informasi selain mengandalkan kader TBC di lapangan yang memberikan informasi dari rumah ke rumah.
  2. Volunteer
    Di era globalisasi saat ini para pemuda diharuskan bisa mencari pengalaman dan softskill sebanyak-banyaknya. Karena, volunteer merupakan salah satu cara yang efisien dan efektif untuk hal itu. Dengan demikian, menjadi bagian dari organisasi atau komunitas yang bergerak dalam bidang Kesehatan yang focus pada pencegahan TBC, dapat memberikan kontribusi yang signifikan. Remaja dapat ikut serta dalam program-program kesehatan seperti kegiatan penyuluhan, mengadvokasi untuk akses pelayanan Kesehatan yang setara dan dapat dijangkau, serta sebagai role model dalam pola hidup sehat dan positif.
  3. Mencegah stigmatisasi dan diskriminasi
    Secara spesifik, stigma terbagi menjadi stigma eksternal dan stigma internal atau biasa dikenal dengan istilah stigma diri. Pasien TBC yang memiliki stigma diri cenderung memiliki pikiran dan perasaan takut akan dihakimi oleh orang lain serta rasa malu dan bersalah terhadap diri sendiri. Bila tidak diatasi, stigma diri dapat menyebabkan terisolasi dari lingkungan sosial, ketidakpatuhan pasien untuk berobat, hingga tak jarang putus menjalani pengobatan.
    Peran remaja, sebagai sosok yang dinamis, optimis dan penuh semangat kerja, diharapkan bisa membawa ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif, sehingga dunia tidak selalu dihadapkan pada hal-hal zaman old. Dengan demikian, remaja bisa ikut serta dalam menghilangkan stigma-stigma negatif mengenai TBC yang masih beredar luas di kalangan masyarakat sehingga tidak ada lagi diskriminasi yang terjadi pada pasien TBC yang mampu menghambat proses penyembuhan. Karena perlu diketahui bahwa TBC dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin hingga tuntas.

Source :
https://setkab.go.id/peran-generasi-milenial-bagi-nkri-2/
https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/generasi-millenial-4-0-pahlawan-eliminasi-tbc
https://yki4tbc.org/stigma-pasien-tbc-di-tengah-masyarakat/
https://tbckomunitas.id/2023/09/kolaborasi-penanggulangan-tbc-pr-konsorsium-komunitas-bersama-dengan-civitas-akademis-dalam-talkshow-upaya-peningkatan-literasi-mahasiswa-terhadap-isu-tuberkulosis/

Tags :
pencegahan TBC,TBC,Tuberculosis
Share This :